Nationalsozialistische Deutsche Arbeiterpartei atau NSDAP adalah sebuah
partai politik yang pernah dimiliki oleh Jerman yang didirikan pada 1920 dan berbasis di München. Sebelum itu bernama Deutsche Arbeiterpartei (Partai Buruh Jerman), nama partai itu diubah atas desakan Adolf Hitler untuk memasukkan elemen nasional sosialisme. Lambang resmi NSDAP adalah Swastika.
NSDAP adalah kekuatan politik utama dalam Nazi Jerman sejak kejatuhan Republik Weimar pada tahun 1933 hingga akhir Perang Dunia II pada tahun 1945, ketika dideklarasikan ilegal dan para pemimpinnya ditangkap dan dikenai tuduhan kejahatan terhadap kemanusiaan melalui Pengadilan Nurenberg. Para penganut dan pelaksana Partai Nazi telah mengangkat sebuah ideologi politik baru, biasa dikenal sebagai "Naziisme".
Kelahiran Nazi (1920)
Di awal tahun 1918, sebuah partai bernama Freier Ausschuss für Einen Deutschen Arbeiterfrieden (Komite Bebas untuk Kedamaian Buruh Jerman) didirikan di Bremen, Jerman. Anton Drexler, seorang tukang kunci dan penyair, mendirikan sebuah cabang dari perkumpulan ini pada 7 Maret 1918, di Munich. Pada tahun 1919, Drexler, dengan Gottfried Feder, Dietrich Eckart dan Karl Harrer, mengubah nama partai tersebut menjadi Deutsche Arbeiterparte (Partai Pekerja Jerman) atau biasa disingkat DAP
Tahun 1919, Rohm bergabung dengan partai tersebut. Di sana, dia bertemu dengan seorang veteran Perang Dunia I, berusia 30 tahun: Kopral Adolf Hitler yang sama seperti Rohm, membenci kelompok Komunis dan Yahudi. Hitler juga bergabung dengan partai pekerja Jerman pada tahun 1919. Di kartu anggotanya tertera dia anggota nomor 555 meskipun pada kenyataannnya dia anggota nomor 55; partai itu memberi nomor mulai dari 500 agar anggotanya terlihat banyak.
Hitler tak berbeda dengan ribuan mantan prajurit lainnya di München, dia luntang-lantung tanpa pekerjaan tetap. Tapi kini dia telah menyadari bakat alaminya untuk berorasi dan menarik orang untuk bergabung dengan partainya, sehingga ia memiliki peran dominan di sana. Dia salurkan kebencian, kemarahan atas berakhirnya perang dengan pidato yang berapi-api. Hitler selalu berbicara tentang apa yang disebutnya sebagai ketidakadilan perjanjian damai Versailes yang ditandatangani pada akhir Perang Dunia I. Berdasarkan perjanjian itu, Jerman kehilangan banyak wilayah negaranya. dan dipaksa membayar ganti rugi pada negara-negara pemenang. Pada awal 1920, inflasi merajalela tak terkendali, keuangan benar-benar hancur sehingga rakyat Jerman berpikir bahwa demokrasi tak menghasilkan apapun.
Di Bayern, pada tahun 1921 Hitler dinobatkan menjadi pimpinan partai pekerja Jerman yang kecil itu. Namanya di ubah menjadi Nationalsozialistische Deutsche Arbeiterpartei ("Partai Pekerja Nasionalis Sosialis Jerman"), disingkat Nazi atau NSDAP. Saat itu hanyalah salah satu dari banyak partai sayap kanan di Munich dan mereka semua mengatakan yang sama: Versailes adalah kejahatan dan kelompok Yahudi ada di belakangnya.
Dinamisme Hitler yang dibarengi dengan nada tanpa kompromi dalam pidato-pidatonya mulai menarik warga Bayern terkemuka lainnya untuk berpaling pada partai baru Nazi. Pada tahun 1922, seorang penerbang ulung pemegang penghargaan "Pour le Merite" sekaligus komandan skuadron Richthodenber dalam Perang Dunia I, Hermann Göring, bergabung dengan Nazi. Nazi pun menyebarkan pengaruhnya ke wilayah pedesaan Bayern. Di sana, seorang mahasiswa pertanian yang awalnya ingin menjadi peternak ayam, Heinrich Himmler, bergabung dengan Nazi (di kemudian hari, ia ditunjuk sebagai komandan tertinggi SS).
Percobaan revolusi (1923)
Bulan Januari 1923 di Ruhr, pasukan Perancis datang untuk meminta pembayaran ganti rugi perang, mengasingkan dan menghina rakyat Jerman. Perancis memerintah mereka dengan tangan besi. Rakyat Jerman menganggap hal ini sebagai upaya balas dendam. Hitler dan Nazi memanfaatkan ketidakpuasan rakyat Jerman.
Di München pada tahun 1923, dalam suasana krisis yang disebabkan oleh pendudukan Ruhr, Hitler dan Nazinya mulai bertindak. Hitler berdiri di atas panggung Burgerbrau Keller pada tanggal 8 November dan menghentikan rapat politik sayap kanan, ia menyerukan dilaksanakannya sebuah revolusi nasional untuk menggulingkan pemerintah sayap kiri di Berlin. Keesokan harinya, 9 November 1923, Nazi, bersama dengan partai sayap kanan lainnya berparade di Munich untuk mengumpulkan dukungan. Mereka dihentikan oleh polisi di monumen perang Feldherrenhalle. Awalnya, Nazi berharap militer dan polisi mendukung parade tersebut dan bergabung bersama mereka, tapi yang terjadi sebaliknya, polisi tidak mendukung mereka; tembakan dilepaskan dan peserta parade dibubarkan. Untung bagi Hitler, ia berhasil lolos dari penembakan itu. 4 perwira polisi dan 16 anggota Nazi kehilangan nyawa mereka. Selain membunuh polisi, beberapa pengikut Nazi juga melakukan perampokan bank dalam aksinya.
Hitler kemudian diadili bersama pimpinan parade lainnya pada awal 1924 dengan tuduhan melakukan penyerangan terhadap polisi dan perampokan bank. Dalam pengadilan tersebut, Hitler dengan sikapnya yang menantang berkata:
" Kau bisa menyatakan kami bersalah ribuan kali, tapi dewi yang memimpin pengadilan abadi sejarah akan, dengan senyuman, mencabik-cabik dakwaan penuntut umum dan keputusan pengadilan ini. Dan sang dewi akan membebaskan kami".
Hitler menjadi terkenal karena pernyataan sikapnya yang berani. Hakim Georg Neithardt, hakim pengadilan yang mendengar pernyataannya itu pun jadi bersimpati padanya dan bahkan mengirim pesan ke Pengadilan Banding untuk mengurangi masa kurungan Hitler. Sebagai hasilnya, Hitler hanya perlu menjalani hukuman 9 bulan penjara di Penjara Landsberg; setelah menyulut revolusi, pembunuhan 4 perwira polisi, dan perampokan bank. Tahun 1924, nama Hitler dan Nazi sempat terbenam.
Kebangkitan NAZI
Gejolak perekonomian Jerman (1930)
Pada pertengahan 1920-an ekonomi Jerman pulih dan inflasi mulai berkurang. Pemerintahan Weimar yang berkuasa berhasil menyelesaikan masalah pergantian kerugian perang dengan meminjam uang dari Amerika Serikat. Namun, ada sejumlah rakyat Jerman yang tidak setuju dan menyebut peristiwa ini sebagai "kemerosotan Weimar." Mereka bergabung dengan kelompok nonpolitik seperti Wandervogel yang menyerukan untuk kembali ke cara hidup lama yang lebih sederhana. Nazi memanfaatkannya dan ikut mensosialisasikan gerakan untuk kembali ke nilai lama ini (gerakan ini tetap bertahan ketika Nazi berkuasa dalam sebuah kelompok yang dinamakan Hitler-Jugend, "Kelompok Muda Hitler").
Pada pertengahan tahun 1920-an, partai Nazi menjadi sebuah partai kecil yang radikal. Program partai mereka menjanjikan bahwa jika Nazi berkuasa, Yahudi Jerman, yang dianggap berada dibalik 'Perjanjian Versailes', akan dicabut kewarganegaraannya, atau bahkan diusir dari negara tersebut. Menurut Bruno Hahnel, pemimpin Kelompok Muda Hitler untuk tahun 1927—1945, mereka menganggap bahwa Golongan Yahudi Dunia (World Jewry) ingin meraih kekuasaan dan menguasai dunia sehingga Kelompok Muda Hitler harus menggagalkannya.
Isu konspirasi Yahudi sedunia itu disuarakan secara terbuka oleh Nazi; dan dipercaya. Dan bersamaan dengan munculnya paham anti-Semit itu, tumbuh keyakinan bahwa kekerasan adalah bagian yang tak terpisahkan dari proses politik, sehingga kemudian, Nazi mendirikan sayap paramiliter yang disebut Sturm Abteilung (SA), "Pasukan Badai". Tugasnya adalah menjaga pertemuan-pertemuan Nazi, mengancam pengikut partai-partai lain dan menggalang dukungan.
Pada tahun 1928 atau 7 tahun setelah Hitler memimpin partai, Nazi gagal meraih kekuasaan dalam pemilu. Pada pemilu itu, Nazi hanya mendapatkan 2.6% suara. Tapi 4 tahun dan 18 bulan kemudian, Hitler menjadi Kanselir Jerman karena Nazi didukung oleh keadaan.
Pada tahun 1930-an, Jermah jatuh bangkrut. Harga produk pertanian dunia yang jatuh mengakibatkan kemiskinan, jatuhnya Wall Street mengakibatkan kemerosotan ekonomi di seluruh dunia, ditambah lagi dengan datangnya tagihan utang dari Amerika Serikat yang semakin menekan persediaan devisa Jerman. Tahun 1931 angka pengangguran di Jerman meningkat hingga 5 juta orang. Pengangguran hidup dengan susah payah di perkotaan ketika Jerman menjadi negara dengan perekonomian paling buruk di dunia. Keadaan semakin buruk ketika lima bank utama di Jerman hancur pada tahun 1931 menyebabkan lebih dari 20.000 perusahaan Jerman gulung tikar.
Tanpa diduga, dalam krisis ekonomi itu, suara untuk Nazi meningkat. orang-orang mulai tertarik dengan prinsip mereka: "Versailes adalah kejahatan dan Yahudi berada dibelakangnya. Marxisme harus dihancurkan dan Bangsa Jerman harus lahir kembali." Bahkan karena sedemikian bosannya dengan keadaan ekonomi, orang-orang pedesaan yang belum pernah mendengar tentang Hitler dan partainya ikut memilih Nazi. Seperti misalnya di kota terpencil di wilayah Prusia Timur, Neidenburg, terjadi peningkatan suara yang sangat drastis untuk Nazi. Pada tahun 1928, Nazi mendapat 2.3% suara di sini. Namun pada tahun 1930 dukungan yang mereka dapatkan melonjak ke angka 25.8%; padahal Hitler tak pernah berkunjung ke sana dan tak ada perwakilan partai Nazi di kota itu. Tapi bukan hanya Nazi yang mulai naik daun, komunis juga mulai mendapat dukungan sehingga demokrasi yang baru lahir di Jerman mulai terancam karena para pemilih terdorong ke titik ekstrim; antara Nazi dan Komunis. Pertikaian mulai terjadi, Nazi dan Pasukan Badainya (SA) dengan Komunis.
Meskipun pada pemilu itu, Hitler kalah dari pesaingnya Presiden Hidenburg, ia telah menetapkan dirinya sebagai pemimpin alternatif Jerman yang menawarkan keteraturan, kedisiplinan, dan kharisma. Pada pemilu tahun 1932 mayoritas mulai memilih dua partai yang secara terbuka bertujuan menggulingkan demokrasi Jerman: Nazi dan Komunis. Demokrasi yang datang di Jerman pada akhir PD I dianggap kurang cocok dan harus disingkirkan dari Jerman. Dalam pidato pemilihan umumnya (Juli 1932), Hitler tidak menyembunyikan fakta bahwa Nazi memiliki paham kediktatoran:
"Our opponents accuse us National Socialists, and me in particular, of being intolerant and quarrelsome. They say that we don't want to work with other parties. They say the National Socialists are not German at all, because they refuse to work with other political parties. So is it typically German to have thirty parties? I have to admit one thing - these gentleman are quite right. We are intolerant. I have given myself one goal - to sweep these thirty political parties out of Germany. They mistake us for one of them. We have one aim, and we will follow it fanatically and ruthlessly to the grave"
Terjemah: "Musuh kita menuduh kita golongan sosialis-nasional, dan aku pada khususnya, sebagai orang yang tidak toleran dan menyukai permusuhan. Mereka bilang kita tak mau bekerjasama dengan partai lain. Mereka bilang golongan Sosialis-Nasional bukanlah orang Jerman karena menolak bekerjasama dengan partai lain. Lalu, apakah memiliki 30 partai adalah ciri khas bangsa Jerman!? Aku harus mengakui satu hal - orang-orang itu tidak salah. Kita tidak toleran. Aku memiliki satu tujuan - untuk menyingkirkan 30 partai politik itu dari Jerman! Mereka salah mengira kita adalah salah satu dari mereka. kita punya satu tujuan, dan kita akan mewujudkannya dengan setia dan tanpa kompromi sampai ke liang kubur!"
Hasilnya pada pemilihan umum bulan Juli 1932 itu, Nazi menjadi partai terbesar di Jerman dengan meraih 37.4% suara. Kini hanya ada satu orang yang menjadi penghalang antara hitler dan posisi Kanselir: Presiden Hindenburg, orang yang pernah bersaing dengan Hitler untuk jabatan presiden dan mengalahkannya. Hindenburg bertemu Hitler pada tanggal 13 Agustus 1932 dan dalam pertemuan itu, Hitler menuntut untuk menjadi kanselir; Hindenburg menolak. Ia tidak setuju bila kekuasaan pemerintah diberikan ke satu partai yang tidak mewakili mayoritas pemilih dan -lebih jauh lagi- tidak toleran dengan disiplin yang rendah dan seringkali menggunakan kekerasan.
Kemudian, munculah sekelompok orang yang mulai menekan dan melobi Presiden Hindenburg, termasuk salah satu di antaranya seorang pengusaha mantan Direktur Reich Bank Hjalmar Schacht. Ia menulis surat kepada Hindenburg mendesak agar Hitler diberi mandat Kanselir demi kebaikan Jerman. Para pengusaha ketika itu lebih memilih agar perekonomian Jerman dikuasai oleh Nazi daripada Komunis yang jelas akan mematikan usaha mereka. Tekanan baru muncul sebagai akibat dari permainan perang militer: sebuah laporan menegaskan pada kabinet bahwa dalam kerusuhan sipil, militer tidak dapat mengendalikan baik Nazi maupun Komunis.
Tapi bukan hanya Hindenburg saja yang mendapat tekanan; Nazi juga mendapatkan hal yang sama. Partai Nazi terancam bangkrut dan kehabisan uang setelah salah satu tokoh utama partai, Gregor Strasser, mengundurkan diri. Sehingga dukungan suara mereka turun menjadi 33%; tampaknya dukungan untuk mereka sudah mencapai titik maksimal. Untungnya, Nazi mendapat dukungan dari kelompok tradisional Kanan yang ingin menggulingkan demokrasi dan komunis karena tanpa dukungan Hitler, mereka tidak akan mampu melakukannya. Salah satu di antara mereka. mantan Kanselir bangsawan Von Papen, menawarkan kesepakatan: Hitler bisa menjadi Kanselir jika ia, Von Papen, menjadi wakil Kanselir, dan hanya ada 2 anggota Nazi lainnya yang masuk kabinet yang mayoritas diisi oleh orang-orang konservatif tradisional. Dengan begitu, ia berharap pengaruh Hitler dapat "dijinakkan." Akhirnya, Hindenburg menawarkan posisi Kanselir kepada Adolf Hitler pada 30 Januari 1933. Dan segera setelah pengangkatan resmi itu, salah satu sahabat terdekat Hindenburg pada saat Perang Dunia I, Jenderal Ludendorff, mengirim telegram kepadanya:
"Ku ramalkan —dengan sungguh-sungguh— bahwa "orang terkutuk" ini akan membawa negara kita ke dalam jurang yang dalam. Generasi mendatang akan mengutukmu karena ini".
Pada tanggal 30 Januari 1933 itu pula, Nazi mengadakan parade perayaan yang meriah di Berlin; revolusi telah dimulai.
Rakyat Jerman hanya perlu kurang dari 12 minggu dalam kekuasaan Hitler untuk melihat apa jadinya status Yahudi di Negara Nazi yang baru ini. Pada tanggal 1 April 1933, partai memboikot semua toko milik Yahudi selama sehari penuh. Nazi menjadikan golongan Yahudi sebagai kambing hitam atas kekalahan pada PD I dan banyak kegagalan lainnya. Kebanyakan rakyat Jerman membiarkan hal tersebut karena menganggapnya sebagai bagian dari revolusi.
Pada bulan-bulan awal kekuasaan Nazi, orang-orang Yahudi Jerman juga menjadi korban dari serangan dan kekerasan dari Pasukan Badai (SA). Pasukan itu juga mengambil langkah keras lain. Pada tahun 1933, bersama-sama dengan pelajar yang bersimpati, SA melakukan pembakaran massal buku-buku "terlarang", terutama yang dibuat oleh penulis Yahudi. Lebih jauh lagi, Ernst Julius Röhm, pemimpin tertinggi Pasukan Badai, juga menuntut agar pasukannya dimasukan ke dalam pasukan Militer Jerman reguler. Militer menolak keras ide tersebut. Penolakan terhadap Pasukan Badai itu dilatarbelakangi oleh ketidaksukaan kalangan militer akan tingkah laku dan penampilan mereka; Pasukan Badai dibenci sebagian besar prajurit Militer Jerman.Juga menjadi semakin jelas —bukan hanya bagi kalangan militer— bahwa Ernst Julius Rohm, komandan tertinggi Pasukan Badai, berusaha untuk mengambil alih Angkatan Bersenjata Jerman. Ia berusaha untuk menjadi Menteri Angkatan Bersenjata dan membentuk pasukannya sendiri.
Pada musim panas tahun 1934, Hitler mendapat sebuah kabar yang sangat mengejutkan. Heinrich Himmler, yang juga berambisi untuk berkuasa yang secara teknis masih bekerja untuk Ernst Julius Roehm dalam hierarki Nazi, melaporkan kepada Hitler bahwa Ernst Röhm, teman lama Hitler yang kini menjabat sebagai pemimpin tertinggi Pasukan Badai (SA), sedang mempersiapkan sebuah kudeta; dan Hitler mempercayainya. Pada tanggal 30 Juni 1934, ketika sedang berlibur di Bavaria, Ernst Rohm ditangkap dan dibawa ke penjara terdekat, dua hari kemudian ia ditembak mati. Tak hanya sampai di situ, pada bulan Juli 1934, Hitler juga "membersihkan" jajaran perwira SA yang dituduh sedang menyiapkan revolusi.
Angkatan bersenjata sangat berterima kasih; mereka senang Rohm tewas dan kekuasaan Pasukan Badai dikurangi. Sebagai ungkapan rasa terima kasih, mereka ajukan diri untuk ucapkan sumpah setia pada Hitler secara pribadi. Orang yang kini, setelah kematian Presiden Hindenburg, tak hanya menjabat sebagai Kanselir Jerman tapi juga pemimpin negara.
Setelah kematian Rohm, Hitler tampaknya telah mengembalikan ketertiban; militer telah bersumpah untuknya; revolusi di jalan mereda. Pada tahun-tahun berikutnya, rakyat Jerman mulai memandang Hitler sebagai seorang pemimpin yang kuat dan penuh percaya diri; yang orasinya menjanjikan negara Jerman baru yang dinamis dan kuat.
Pada pertengahan tahun 1930-an, Jerman kembali bangkit di bawah kepemimpinan Hitler. Saat itu, Nazi dengan menteri ekonominya, Hjalmar Schahct, berhasil menghapus pengangguran di Jerman dengan menciptakan berbagai proyek yang menyerap banyak tenaga kerja seperti proyek pembangunan Autobahn dan proyek persenjataan-kembali militer Jerman. Nazi juga menambah anggaran militer di tahun pertama kekuasaan mereka sampai-sampai militer tidak mampu menghabiskan seluruh biaya yang dianggarkan. Proyek-proyek tersebut membawa Jerman ke dalam keadaan tenaga kerja penuh (full employment). Rakyat mendapat pekerjaan dan penghasilan sehingga mereka dapat membeli makanan. Persenjataan-kembali juga menghapus rasa malu rakyat Jerman karena telah menyerah di Perang Dunia I.
Pada tahun 1935, Inggris, yang ketika itu merasa bersalah karena telah memaksakan Perjanjian Versailes yang memberatkan rakyat Jerman, membuat perjanjian baru dengan Hitler. Dalam perjanjian itu, Hitler diperbolehkan membangun angkatan lautnya melebihi batas yang diizinkan dalam Perjanjian Versailes. Hitler yang ingin memantapkan hubungannya dengan Inggris kemudian mengirim Joachim von Ribbentrop pada musim panas tahun 1936 untuk mengupayakan terciptanya aliansi antara Inggris dengan Jerman. Sayangnya, Joachim von Ribbentrop gagal membuat kesepakatan di Inggris; bukan karena Inggris tidak mau beraliansi dengan Jerman, melainkan karena orang Inggris menganggap Nazi mengirimkan orang yang terlalu sombong. Ribbentrop membuat kesalahan fatal dengan memberikan salut Nazi (dengan mengangkat tangan kanan) kepada Raja Inggris George VI.
Nazi memerintahkan orang Yahudi mengepel jalanan di Austria untuk mempermalukan mereka.Pada tahun 1936, rakyat Jerman menganggap negara mereka telah berubah menjadi negara yang lebih baik di tangan Hitler setelah ia memerintahkan pasukan Jerman untuk memasuki kembali wilayah Jerman yang sempat lepas akibat perjanjian Versailes, Rhineland. Selain Rhineland, Hitler juga memerintahkan pasukannya untuk memasuki wilayah dengan penduduk berbahasa jerman lainnya, Austria, pada tanggal 15 Maret 1938. Di kedua wilayah itu, pasukan Jerman disambut hangat dan meriah. Lebih jauh lagi, rakyat Jerman melihat tindakan pengambilan-kembali Rhineland dan Austria itu sebagai salah satu isyarat bahwa negara mereka mulai mendapatkan kembali kekuatan dan harga dirinya. Sepulangnya ke Jerman, Hitler disambut gegap gempita sebagai seorang pahlawan bangsa Jerman.
Namun pada tahun kejayaan tersebut terjadi pula sebuah peristiwa mencengangkan yang mengubah kehidupan rakyat Jerman. Orang Yahudi secara sistematis disingkirkan dari Jerman. Undang-undang Nuremberg Tahun 1935 melarang pernikahan orang Yahudi dengan warga Jerman lainnya dan menyatakan bahwa Yahudi bukanlah warga negara Jerman. Hitler dan Nazinya juga mengobarkan propaganda-propaganda yang menyatakan bahwa kekuasaan Yahudi di Jerman sudah terlalu besar dan memancing rakyat Jerman untuk melawannya; misalnya dengan mengatakan bahwa di antara 4.800 orang pengacara di Berlin, 3.600-nya adalah orang Yahudi. Propaganda tersebut berhasil mengubah pendapat masyarakat Jerman sehingga mereka tak berkeberatan jika orang Yahudi disingkirkan dari negara Jerman.
Di Austria sendiri, pasukan SS mulai menjalankan aksinya "membersihkan" orang Yahudi dari tanah yang sekarang merupakan bagian dari negara Jerman itu. Yahudi Austria juga dipaksa melakukan pekerjaan yang memang dirancang untuk mempermalukan mereka; misalnya menyikat jalanan sampai bersih. Selain pasukan SS, beberapa penduduk Austria pendukung Nazi juga ikut menghina orang Yahudi itu; mereka menendangi Yahudi yang sedang bekerja dan menertawakannya.
Tak tahan didiskriminasi dan diperlakukan secara kasar, ribuan orang Yahudi keluar dari Jerman sepanjang tahun 1930-an.
Kristallnacht (1938)
Pada musim gugur tahun 1938, terjadi sebuah peristiwa mengejutkan: Ernst von Rath, seorang diplomat Jerman, tewas di Paris ditangan seorang pemuda Yahudi bernama Herschel Gryuzspan yang marah melihat perlakuan Nazi terhadap keluarganya.
Dalam acara peringatan Percobaan Revolusi Burgerbrau Keller (yang terjadi pada tahun 1923), Joseph Goebbels, menteri propaganda Nazi, meminta persetujuan dari Hitler untuk membebaskan Pasukan Badai (SA) untuk melakukan balas dendam atas peristiwa terbunuhnya Ernst kepada para Yahudi; dan Hitler setuju. Dan akhirnya, terjadilah peristiwa yang disebut dengan Kristalnacht; Malam Kristal. Dalam peristiwa itu, Pasukan Badai menghancurkan sekitar 8.000 rumah, toko, dan bangunan-bangunan lain milik orang Yahudi. Mereka juga membunuh dan memenjarakan sekurangnya 30.000 orang Yahudi; menghancurkan 1.668 sinagog dan membakar 267 di antaranya.[5] Banyak orang Jerman yang tidak setuju dengan peristiwa ini, salah satu di antaranya adalah Kolonel Claus von Stauffenberg, seorang perwira Nazi yang hampir membunuh Hitler di kemudian hari.[2] Meskipun begitu, popularitas Hitler tidak terganggu. Hitler tak pernah membicarakan peristiwa itu di depan publik sehingga kebanyakan rakyat Jerman percaya bahwa peristiwa itu terjadi bukan atas kehendak sang Fuehrer, melainkan karena kebrutalan Pasukan Badai itu sendiri.
Pada akhir tahun 1938 atau awal tahun 1939, Philipp Bouhler, pemimpin Kantor Istana Kanselir Fuehrer, memberikan sebuah surat —yang ditulis oleh seorang ayah dari anak yang cacat mental— kepada Hitler. Surat itu berisi tentang permintaan ijin sang ayah untuk membunuh anaknya itu; Hitler setuju. Lebih jauh lagi, Hitler malah memerintahkan orang-orangnya untuk menghabisi semua anak cacat di seluruh Jerman. Philipp Bouhler sendiri kemudian diberi hak untuk membentuk kesatuan polisi rahasia untuk menyeleksi dan membunuh anak-anak cacat dalam hitungan hari setelah mereka lahir.
Polisi rahasia itu kemudian mencari anak-anak yang diduga cacat, kemudian menuliskan biodata dan ciri-ciri anak itu di selembar formulir. Formulir itu kemudian diserahkan kepada tiga orang dokter khusus yang akan menentukan apakah anak tersebut layak untuk hidup; jika tidak, mereka akan menandai formulir itu dengan tanda "X". Setelah itu, mereka akan ditugaskan untuk menjemput anak yang dianggap "tak layak hidup" untuk kemudian dikumpulkan dan dibunuh dengan menyuntikan luminal atau morfin dengan dosis yang mematikan ke dalam tubuh mereka.
0 komentar:
Posting Komentar
Pertanyaan, Komentar, Kritik dan Saran? Silahkan Berkomentar di kolom bawah ini!
No Spam, No Racist, No Porn.!!